Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) sedang mengembangkan software yang akan men-scan adanya ‘ancaman’ di jejaring sosial. Cara kerjanya, software itu akan mencari kata kunci yang dianggap mencurigakan.
FBI telah meminta beberapa perusahaan membuat software yang secara efektif men-scan kata, frase, dan tingkah laku signifikan dalam jejaring sosial, untuk kemudian direspon. Mengutip the Telegraph, permintaan ini juga telah di-posting dalam situs FBI.
Meski software itu hanya mampu mencari informasi di domain publik, tapi rencana FBI ini menuai kecaman. Jenifer Lynch, dari Electronic Frontier Foundation, mengatakan pembuatan software itu dapat mengikis kebebasan ber-Internet.
“Alat itu akan menjadi ranjau untuk data terbuka (open source), dan akan tersimpan untuk waktu lama. Saya takut dampaknya terhadap kebebasan berbicara di Amerika Serikat,” ujar Lynch, seperti dikutip dari the Telegraph.
Mengutip BBC, juru bicara dari Privacy International mengatakan kalau langkah ini beresiko terhadap orang banyak di berbagai tempat, yang sepertinya berada dalam sebuah aksi pengawasan.
FBI sebelumnya telah disarankan jika hendak ‘menyapu’ jejaring sosial maka harus ada alasan yang kuat. Departemen Keamanan Dalam Negeri juga mengatakan pada awal bulan ini bahwa “informasi yang di-posting ke jejaring sosial dapat diakses secara terbuka oleh publik. Dengan demikian, kesempatan tidak memberikan informasi tergantung post yang dilakukan penggunanya”.
FBI juga meminta kontraktor potensial memperkirakan biaya dan solusi yang ditawarkan. FBI mencari software yang dapat meningkatkan teknik dalam mengumpulkan, dan membagi data open source yang dapat diproses secara cerdas.
Pengembang yang akan mengajukan proposal ke FBI diharapkan mampu menerjemahkan bahasa asing, juga pola yang digunakan untuk mengelabui aparat hukum. Meski kepolisian sudah menggunakan Facebook dalam menyelidiki suatu kejahatan, secara otomatis mereka menyaring informasi yang tidak berkaitan. Tapi aplikasi yang diminta FBI akan mampu secara otomatis menampilkan informasi paling relevan. FBI saat ini sedang menunggu respon dari pihak pengembang hingga 10 Febuari mendatang
FBI telah meminta beberapa perusahaan membuat software yang secara efektif men-scan kata, frase, dan tingkah laku signifikan dalam jejaring sosial, untuk kemudian direspon. Mengutip the Telegraph, permintaan ini juga telah di-posting dalam situs FBI.
Meski software itu hanya mampu mencari informasi di domain publik, tapi rencana FBI ini menuai kecaman. Jenifer Lynch, dari Electronic Frontier Foundation, mengatakan pembuatan software itu dapat mengikis kebebasan ber-Internet.
“Alat itu akan menjadi ranjau untuk data terbuka (open source), dan akan tersimpan untuk waktu lama. Saya takut dampaknya terhadap kebebasan berbicara di Amerika Serikat,” ujar Lynch, seperti dikutip dari the Telegraph.
Mengutip BBC, juru bicara dari Privacy International mengatakan kalau langkah ini beresiko terhadap orang banyak di berbagai tempat, yang sepertinya berada dalam sebuah aksi pengawasan.
FBI sebelumnya telah disarankan jika hendak ‘menyapu’ jejaring sosial maka harus ada alasan yang kuat. Departemen Keamanan Dalam Negeri juga mengatakan pada awal bulan ini bahwa “informasi yang di-posting ke jejaring sosial dapat diakses secara terbuka oleh publik. Dengan demikian, kesempatan tidak memberikan informasi tergantung post yang dilakukan penggunanya”.
FBI juga meminta kontraktor potensial memperkirakan biaya dan solusi yang ditawarkan. FBI mencari software yang dapat meningkatkan teknik dalam mengumpulkan, dan membagi data open source yang dapat diproses secara cerdas.
Pengembang yang akan mengajukan proposal ke FBI diharapkan mampu menerjemahkan bahasa asing, juga pola yang digunakan untuk mengelabui aparat hukum. Meski kepolisian sudah menggunakan Facebook dalam menyelidiki suatu kejahatan, secara otomatis mereka menyaring informasi yang tidak berkaitan. Tapi aplikasi yang diminta FBI akan mampu secara otomatis menampilkan informasi paling relevan. FBI saat ini sedang menunggu respon dari pihak pengembang hingga 10 Febuari mendatang
Credit to : cyberstark
0 comments:
Post a Comment